Pages

Rabu, 21 Desember 2011

Garam Indonesia, Kenapa Tidak?


Topik : Wawasan Nusantara
Indonesia adalah Negara yang kaya, baik itu sumber daya alamnya, maupun sumber daya manusianya. Indonesia juga memiliki banyak pulau, sehingga dijuluki Negara kepulauan. Hasil survei dan verifikasi terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki sekitar 13.000 pulau yang menyebar dari Sabang hingga Merauke. (ntaranews.com, 2010). Bisa kita lihat melalui gambar dibawah ini, bisa kita lihat bahwa Indonesia dikelilingi oleh lautan. Selain itu batas-batas wilayah Negara Indonesia adalah Indonesia terletak di antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindi, antara benua Asia dan benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pergunungan, iaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean. Dikarenakan oleh letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudera serta dilalui oleh garis khatulistiwa inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi sangat subur, sehingga menjadikan Indonesia Negara yang kaya akan sumber daya alam.
Faktor alam yang menyebabkan Indonesia subur adalah terletak dianatara dua samudera. Secara langsung berarti Indonesia dikelilingi oleh lautan yang membentang luas yang mana jika airnya diambil tidak akan pernah habis jika diambil secara terus menerus. Aneh memang ada fakta yang menyatakan bahwa Indonesia masih impor garam dari luar negeri, bahkan singkong sekalipun. Padahal singkong sangat dijual murah di kota-kota besar maupun di pelosok desa. Dari sumber detilk.com, ikhtisar data impor pangan tersebut --selama Januari sampai Juli (Semester I) 2011-- dapat dirangkum sebagai berikut: (http://ss-kediri.blogspot.com, 2011)
No
Jenis Bahan Pangan
Diimpor dari (negara)
Jumlah impor (ton)
Nilai Impor (dollar AS)
1
Singkong(ubi kayu)
Italia
1,78
20.064
Cina
2,96
1.273
2
Garam
Australia
1.004.000
53.700.000
India, Singapura, Selandia Baru, Jerman
741.120
39.840.000
3
Daging ayam
Malaysia
9,0
29.240
4
Teh
Vietnam
3.240
3.680.000
Kenya, Argentina, India, Cina
1.007
3.320.000
5
Cabe dingin-segar
Vietnam, India
6.794
6.192.000
6
Bawang putih
Cina, Taiwan
178.900
132.770.000
7
Bawang merah
India. Thailand, Filipina
141.795
67.611.000

            Sangat miris memang mengetahui kenyataan bahwa Indonesia impor garam yang mana sanat mudah didapatkan di Indonesia ini. Bahan pokok untuk membuat garam hanyalah air laut. Di Indonesia sangat mudah untuk mendapatkan air laut itu, dan cara mengolah air laut untuk menjadikannya garam yang siap pakai juga sangat mudah, tanpa menggunakan tekhnologi yang ganggihpun garam yang diingikinkan juga bisa jadi tetapi tentu yang mengerjakannya bukanlah orang-orang sembarangan yang tanpa mempunyai pengalaman sebelumnya.
Sebenarnya tidak ada alasan yang sangat mendasar jika Indonesia masih mengimpor garam dari Negara lain, sedangkan faktanya Indonesia dikelilingi oleh laut yang terbentang luas dan air laut yang ada tidak akan habis jika digunakan terus menerus. Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu berkata: "Garam di dalam negeri harus ada. Berarti panennya kapan dan produksinya berapa harus tahu," jelasnya. (http://finance.detik.com, 2011). Selain itu beliau juga menambahkan bahwa garam yang beredar dimasyarakat juga harus jeas kualitasnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) porsi impor garam Indonesia yang terbesar adalah dari Australia. Untuk periode Januari hingga Juni 2011, impor garam dari negeri Kanguru mencapai 1,04 juta ton dengan nilai US$ 53,7 juta. Selain dari Australia, impor garam juga diambil dari India yaitu sebesar 741,12 ribu ton dengan nilai US$ 39,84 juta. Ada juga dari Singapura, Selandia Baru, Jerman sehingga total impor garam sampai Juni 2011 mencapai 1,8 juta ton dengan nilai US$ 95,42 juta. (http://finance.detik.com, 2011). Alangkah mirisnya hati kita melihat dan mengetahui data-data tersebut benar adanya.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Sharif Cicip Sutardjo setidaknya ada enam alasan Indonesia harus impor garam dari Negara lain. Pertama; lemahnya posisi tawar petani garam rakyat, menurut beliau petani garam di Indonesia masih memiliki pendidikan yang rendah serta kurangnya minat generasi muda mempelajari tatacara mengolah air laut menjadi garam. Kedua; infrastruktur dan fasilitas produksi yang digunakan masih tradisional. Di samping itu, kondisi lahan tambak masih bermasalah, di antaranya ketimpangan kepemilikan lahan tambak, serta sebagian besar kondisi fisik sarana produksi tambak banyak mengalami kerusakan. Ketiga; akses sumber permodalan baik bank maupun nonbank. Menurut beliau masih kurangnya sumber modal. Alhasil, para petambak garam rakyat terjerat pada bakul, tengkulak, dan juragan. Keempa;, masih minimnya proteksi pemerintah pada sektor garam rakyat. Akibatnya, usaha garam rakyat menjadi tidak prospektif dan marketable. Kelima; soal tata niaga, Penambak hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) sehingga apabila terjadi kenaikan harga garam, penambak tidak menikmati keuntungan. Keenam, soal tekhnologi pengelolaan garam yang masih tergolong tradisional. (kabarbisnis.com, 2011). Benar memang apa yang beliau katakan, tetapi disisi lain setidaknya harus ada usaha dari pemerintah yang bertanggung jawab dibidangnya untuk berusaha menutup dan mencari cara menghilangkan hambatan-hambatan yang ada bagi Indonesia untuk tidak impor garam lagi. Daripada uang untuk Negara lain, lebih baik uang tersebut digunakan untuk rakyat yang membutuhkan.
Begitu banyak alasan yang dikemukakan tetapi tidak ada upaya untuk memperbaikinya sama saja tidak ada gunanya.  Strandar yang dibutuhkan untuk membuat garam berkualitas juga tidak susah. Syarat-syaratnya yaitu: 1. Kadar Garam min 97% ; 2. Kadar Air 0, 03% ; 3. Impurity 3%. NaCl untuk garam konsumsi manusia tidak boleh lebih rendah dari 97 % untuk garam kelas satu, dan tidak kurang dari 94 % untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban disyaratkan berkisar 0,5 % dan senyawa SO4 tidak melebihi batas 2,0 %. Kadar iodium berkisar 30 - 80 ppm. (ekonomi.kompasiana.com, 2011). Apa susahnya memenuhi syarat-syarat tersebut, sebagaimana yang kita ketahui bahwa banyak sarjana lulusaan kimia dari universitas ternama dengan IP yang sangat memuaskan, jangankan untuk membuat racikan garam yang berstandar tinggi, sedangkan meracik bom saja mampu. Tentu saja pemerintah harus menggalakkan program yang berhubungan dengan garam di Indonesia dan merekrut para sarjana tersebut untuk bekerja sama. Tentu saja mereka akan mau, ini juga demi memajukan Negara Indonesia. Dilain hal, pemerintah mempunyai peran penting dalam hal ini, karena pemerintah memiliki peran penting dalam menjalankan impor garam ini. Betapa banyaknya uang negara yang dimanipulasi para pejabat Indonesia, akan terlalu kecil investasi untuk membuat pabrik garam tercanggih di dunia sekalipun dengan kapasitas 2 Juta ton bahkan lebih, serta menguasai pasar dunia walaupun cuman ekspor garam setidaknya membantu perekonomian Negara kita. Setidaknya pemerintah sadar akan hal itu dan segera memperbaikinya, susah memang untuk memulai hal baru, tetapi jika membayangkan  nikmatnya uang hasil penjualan tersebut, maka pasti bisa termotifasi. Sayangnya pemerintah tidak memiliki usaha dalam hal ini.
REFERENSI :
antaranews.com. (2010). Hasil Survei Terbaru Jumlah Pulau Indonesia. [online]. Available at: http://www.antaranews.com/berita/1282043158/hasil-survei-terbaru-jumlah-pulau-indonesia. [accessed at :20 Desember 2011].
finance.detik.com (2011). Ini Dia Alasan Pemerintah Izinkan Impor Garam. online]. Available at: http://finance.detik.com/read/2011/08/09/084650/1699513/4/ini-dia-alasan-pemerintah-izinkan-impor-garam?f990101mainnews . [accessed at :21 Desember 2011].
kabarbisnis.com (2011). Inilah enam alasan RI masih impor garam. [online]. Available at: http://www.kabarbisnis.com/read/2824045 . [accessed at :21 Desember 2011].
ekonomi.kompasiana.com. (2011). Impor Garam Merendahkan Martabat Indonesia . [online]. Available at: http://www.kabarbisnis.com/read/2824045 . [accessed at :21 Desember 2011].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar